'Santau' Racun Kasat Mata Melayu Di Bangko Pusako

 

Gambaran kampung saya


Folkor menjadi salah satu kebudayaan yang dibuat oleh manusia sendiri. Sedangkan kata folklore berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata, yaitu folk yang artinya sekelompok orang yang memiliki ciri khas tertentu yang menjadi pembedanya dengan orang lain. Sedangkan lore artinya kebiasaan. Folklor menjadi kebiasaan yang diturunkan secara turun-temurun dan secara lisan. Bentuknya seperti dongeng, mitos, legenda, nyanyian rakyat, dan lain-lain.

Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki keankeragaman budaya, salah satunya folklor. Folklor di Indonesia sangat banyak, salah satunya mitos. Mitos dapat diartikan sebagai suatu kisah yang terjadi di masa lampau, dan mengalami penafsiran, sering berkaitan dengan alam semesta. Pencipta atau penganut mitos tersebut menganggap hal tersebut benar-benar kejadian. Mitos juga sering dikaitkan dengan hal-hal mistis, atau di luar kekuatan manusia biasa. Seringkali masyarakat yang mendengar kata-kata mistis, akan berpikir tentang hal-hal gaib.

Pada artikel ini, saya akan membahas tentang salah satu racun yang dinamakan santau dari tempat tinggal saya. Saya bertempat tinggal disebuah perkampungan, bernama Teluk Bano, daerah Riau. Riau didominasi oleh masyarakat yang suku Melayu, begitu juga santau ini terkenal di kalangan masyarakat Melayu. Dapat dikatakan bahwa santau ini salah satu racun dari Melayu yang digunakan untuk melukai orang lain yang tidak mereka sukai, atau seseorang yang memiliki kesalahan.

Sebelumnya, kampung saya masih lekat dengan hal-hal mistis tersebut. Sebab masih banyak kejadian-kejadian ganjil yang kerap terjadi. Masyarakat disana juga masih menggunakan ilmu-ilmu gaib dalam menjalankan bisnis, terutama dalam hal berdagang. Namun untuk saat ini saya hanya akan fokus pada satu hal yang menarik perhatian saya, yaitu santau.

Seseorang yang menjadi narasumber saya dalam wawancara ini adalah, seorang ibu yang berinisial W. Beliau tidak setuju jika namanya dilampirkan dalam artikel saya, jadi saya memutuskan untuk melampirkan inisial beliau. Beliau berumur 45 tahun dan memiliki 3 orang anak. Pekerjaannya ialah pekebun, beliau berkebun di salah satu kebun sawit milik saudaranya. Alasan beliau bersedia di wawancarai karena salah satu adiknya pernah menjadi korban santau ini. Masyarakat di kampung saya sendiri menyebut santau ini adalah racun. Namun tidak seperti racun pada umumnya yang bekerja dengan cepat, racun santau ini bekerja dengan perlahan namun menyiksa korban.

Santau menjadi salah satu senjata masyarakat Melayu untuk mencelakai musuh mereka, atau orang yang tidak mereka sukai. Terutama di Riau, tepatnya di kampung saya. Saya sendiri tidak pernah melihat korban dari santau ini secara langsung, dan selama saya di Riau, saya tidak pernah mendengar peristiwa akibat santau. Ketika saya wawancara dengan narasumber tersebut, ada beberapa informasi yang saya dapat.

Santau sering disebut racun, dan beberapa dari masyrakat di sana bahkan menyebutnya racun. Bentuk dari santau tidak dapat dipastikan seperti apa, karena santau tidak dapat dilihat. Santau sering dimasukkan ke dalam makanan, sehingga korban tersebut tidak sadar jika santau tersebut ada dalam makanannya. Santau dibuat oleh seseorang yang memiliki ‘ilmu hitam’ dan dapat disebut sebagai dukun. Jadi adanya santau berkaitan dengan hal mistis juga, karena berkitan dengan kekuatan-kekuatan yang tidak ada pada manusia biasa.

Asal-usul nama santau sendiri tidak diketahui dari mana pastinya. Sebab racun ini diturunkan secara turun-temurun dan masih ada sampai sekarang. Namun penggunaan santau ini sudah tidak sebanyak dulu, hanya beberapa yang masih memakainya untuk mencelakai seseorang. Dari narasumber yang saya wawancarai, adiknya tersebut adalah seorang perempuan berumur 30 tahun dan sudah menikah. Bagaimana rincinya, narasumber yang saya wawancarai tidak ingin menjelaskannya, namun beliau hanya mengatakan bahwa adik perempuannya pernah terkena santau ini.

Dapat dikatakan bahwa santau ini adalah sejenis sihir, karena berkaitan dengan orang yang memiliki ilmu hitam. Ketika adik dari narasumber terkena santau, beliau tidak menunjukkan reaksi yang signifikan. Namun semakin hari, badannya semakin kurus. Namun anehnya adalah adik perempuan beliau tetap selera makan, bahkan semakin banyak makan. Namun badannya semakin kurus kering. Kemudian beberapa hari kemudian, korban muntah darah dan semakin pucat. Selain itu, padangannya juga kosong dan tidak bisa banyak bergerak. Saat itu adik perempuan narasumber hanya dapat terbaring di tempat tidur dan tidak dapat melakukan banyak aktivitas.

Saat itu, adik perempuan narasumber harus menderita akibat racun ini selama sebulan. Karena tenaga medis tidak dapat menyembuhkan penyakit yang diderita korban. Keluarga korban sudah beberapa kali membawa adiknya tersebut ke rumah sakit, namun nihil. Dokter tidak dapat menemukan penyebab dari penyakit tersebut. Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk membawa korban ke orang pintar atau dukun. Dikarenakan membawanya kerumah sakit selalu berakhir sia-sia. Saat itu dukun atau orang pintar tersebut memeriksa dan segera mengobati adik narasumber tersebut. Setelahnya beberapa saat kemudian adiknya dinyatakan sembuh dan dapat beraktivitas hingga sekarang.

Sebenarnya orang yang terkena santau bisa sampai mati, jika pengobatan yang dilakukan tidak tepat. Mengigat orang-orang yang memiliki ilmu sihir juga memiliki tingkatan dalam ilmunya, maka jika seseorang tersebut memiliki ilmu sihir yang tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa korban bisa sampai mati dan tidak dapat diobati sampai sembuh. Meskipun santau tersebut tidak lagi terkenal di daerah tempat tinggal saya, bukan berarti sudah hilang. Sebab berdasarkan apa yang saya dengar dari narasumber adalah santau tersebut masih ada sampai sekarang. Bahkan masih memakan korban.

Untuk korban dari santau kebanyakan orang tua. Korban yang terkena santau ini juga masih bisa berbicara dengan jelas, artinya alat komunikasi tidak bermasalah, namun tubuh dari dalam yang akan mengalami dampak buruk, sampai korba muntah darah. Cara penyebarannya juga tidak dapat dipastikan. Karena tidak semata-mata korban hanya diberi makan atau korban mengikuti sebuah acara. Sebab santau adalah sebuah racun yang asalnya dari ilmu sihir, dan cara sihir bekerja juga tidak dapat diprediksi atau ditentukan. Semua hal tersebut tergantung dari pada si pengirim santau tersebut. Bagaimana cara menghindari santau tersebut juga tidak ada langkah pasti selain berdoa dan berserah pada Tuhan Yang Maha Kuasa dan tetap harus menjaga etika kita terhadap orang lain.

Hal tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, atau dimusnahkan. Karena sudah terjadi sejak lama dan turun temurun. Bahkan orang-orang yang masih menggunakannya juga banyak, sehingga santau tersebut masih ada dan bertahan sampai sekarang. Bahkan korbannya juga masih ada sampai sekarang dan masih digunakan dengan baik oleh masyarakat Melayu di Riau. Dengan cara penyebarannya yang tidak diketahui serta bentuk dari santau tersebut tidak diketahui, sehingga sulit untuk mengetahui santau tersebut. Yang dapat kita lakukan adalah berdoa dan memohon perlindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.


Komentar