Catatan Perjalanan : Menikmati Luasnya Danau Toba dan Pasir Putih Parbaba, Samosir
Foto Danau Toba pada Tahun 2017.
Mengorbankan waktu tidur,
demi sebuah perjalanan bukanlah hal yang mengecewakan. Dengan semangat membara, semua siswa kelas IX
SMP Parulian 3 Medan, tahun 2017. Tentunya kami pergi menggunakan bus, bus
Intra namanya. Orang Medan pasti sudah tidak asing lagi dengan nama bus
tersebut. Saya asli Sumatera Utara, dan tentunya suku Batak Toba. Saat itu kami
kelas IX mengadakan acara perpisahan di Danau Toba, tepatnya di Parbaba, Pasir
Putih. Sebelum memulai perjalanan, semua sepakat untuk berkumpul di sekolah
tercinta lebih dulu. Perpisahan saat itu diadakan bersama guru-guru juga, jadi Bapak
dan Ibu guru juga turut serta meramaikan acara perpisahan kami.
Perjalanan dari Kota Medan,
tepatnya dari Jalan Sisingamangaraja menuju Pasir Putih, Parbaba yang letaknya
di Desa Huta Bolon, Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Sumatera Utara. Perjalanan kami tempuh
kurang lebih 6 jam. Setelah sampai di Samosir, kami semua turun dari bus dan
mulai mencari tempat duduk. Kami belum sampai di tempat tujuan, pertama kali
turun dari bus yaitu di Parapat, Setelah ini, kami harus menyebrang menggunakan
kapal feri, termasuk bus kami juga turut serta disebrangkan.
Setelah bus berhenti, satu-persatu dari kami mulai keluar dari bus, dan
mencari udara segar. Beberapa diantaranya mulai memakan pop mie, minum teh
manis, dan the hangat. Saat itu matahari mulai menampakkan cahayanya, saya dan
beberapa teman saya memutuskan untuk turun sedikit kebawah dan melihat Danau
Toba. Sungguh, indah sekali. Untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Pulau
Samosir yang indah dan menawan. Meskipun menetap lama di Sumatera Utara, namun
saya belum pernah sekalipun ke Danau Toba. Setelah sampai dibawah, saya mulai menyentuh
air Danau Toba dengan perasaan gembira. Kemudian mengambil beberpa foto untuk dijadikan
sebagai kenangan.
Setelah puas dengan tepi Danau Toba, kami dikumpulkan kembali untuk
menyerbrang. Semua siswa dan guru mulai memasuki bus, dan duduk tenang. Hal ini
dilakukan agar tidak ada penumpang yang tersesat atau bahkan ditinggal keluarganya.
Setelah memasuki bus, dan bus mulai berjejer di dalam kapal feri. Setelah itu,
kapal pun berangkat, kami keluar juga dari bus. Sambil menyebrang, kami kembali
menikmati luasnya danau dan bagaimana kapal mencoba membelah luasnya Danau
Toba. Sungguh saya dibuat terkagum-kagum
dan hampir menangis karena indahnya Danau Toba.
Setelah sampai di dermaga, kami naik ke bus dan bus mulai melaju meninggalkan
dermaga, dan bergegas ke vila tempat kami akan beristirahat. Sampai disana,
kami ibadah bersama, makan siang, dan akhirnya main air. Saya berlari-lari
diatas butiran pasir yang berwarna putih cantik. Kemudian mulai memasuki danau
dan tentunya berenang. Tidak peduli bagaimana panasnya matahari saat itu,
tetapi kami tetap mandi sampai sore hari. Luar biasa ya. Setelah itu kami mandi dan akan mengikuti
acara music live. Tentu masih dengan pemeran yang sama yaitu kami juga. Berbicara
tentang Danau Toba, Pasir Putih, saya bertanya tentang penampakan Batu Gantung.
Beliau menjawab, “Untuk sekarang munkin sama, yaitu belum bisa melihat Batu Gantung
dengan jelas.” Saya terpaksa harus setia menunggu sampai bisa. Walaupun dengan
begitu, saya tidak tahu pasti kapan akan kembali ke Danau Toba.
Selain itu, saya juga bertanya pada salah satu guru saya tentang kenapa nama tempat tersebut disebut Pasir Putih, karena bagi saya semua pasir sama saja. Tidak ada yang enak ketika dimakan. Kemudian guru saya menjawab " Rosa, coba perhatikan pasir itu baik baik. Itu warnanya kan lebih putih dari pasir biasanya. Coba lihat hamparan pasirnya, putih kan? Itu alasan nama tempat ini disebut Pasir Putih". Mendengarnya saya terkagum-kagum dan setuju dengan jawaban beliau. Ternyata memang benar, pasirnya benar-benar putih.
Banyak hal yang dapat saya lakukan di Pasir Putih Parbaba, selain main air sampai masuk angin, saya juga mencoba perahu. Kami bertiga, dengan seorang guru. Perahunya disewa dengan harga Rp 50.000, dan itu sampai sepuasnya. Tenang saja, krunya akan tetap mengawasi kita selama diatas perahu. Dari sini saya belajar, bahwa mendayung sebuah perahu tidak mudah. Kami sering gagal dalam mengatur arah perahu agar tetap lurus, tetapi selalu gagal. Selain itu ada juga banana boat, kemudian perahu kayuh berbagai bentuk, dan lainnya. Selain naik perahu, saya juga mencoba berenang lebih jauh, dan berhasil. Tetapi kalau kalian tidak bisa berenang dan takut dalam, jangan coba-coba. Saat itu saya dan beberapa teman saya sampai di perbatasan aman yang dibatasi dengan tali dan ada beberapa Bendera Merah Putih. Kita tidak boleh melewati batas tersebut, karena setelah itu bahaya mungkin saja dapat mengancam mu. Saya bercanda, hal itu karena batas aman berenang sampai disitu dan setelahnya akan sangat dalam.
Ada banyak yang dapat saya saksikan selama di Pasir Putih. Selain
bersama-sama teman, saya juga banyak menikmati keindahan alam yang disediakan
di Danau Toba. Dan jangan lupakan dinginnya disana, bangun pagi rasanya tidak
kuat bersentuhan dengan air secara langsung. Perpisahan yang benar-benar saya nikmati dan sampai sekarang saya tidak lupa akan kenangan disana, saya bangga dan bersyukur dengan alam Sumatera Utara. Danau Toba dengan luas yang tidak
terbatas, menjadi salah satu keindahan alam yang sangat menarik dan patut disyukuri.
Maka perlulah pelestarian akan tempat ini.
Komentar
Posting Komentar